Senin, 27 Juli 2015

Sebuah Langkah Baru

"Jaga kekompakan dan kekeluargaan kita, yah. Siapa yang tahu apakah di acara reunian 10 tahun ke depan kita masih bisa ber25+3 atau bahkan udah ada yang pergi atau mungkin LUPA sama sesamanya. Entahlah. Intinya, aku kangen kalian semua." -Nadiah Khansa, 29 Juli 2012 dalam sebuah tulisannya di sosial media; facebook.

Sebenarnya malam ini saya berniat untuk mengerjakan essay untuk ospek. Namun sejak pagi hari, saya sibuk membuka facebook. Saya sedang dilanda kebingungan. Ya, saya sedang kebingungan hari ini. Berniat mengerjakan essay agar tidak menjadi beban yang tertunda. Ditambah dengan gigi saya yang sedang dalam keadaan tidak baik, saya menjadi hilang arah dalam berpikir.

Iseng saya scroll down profil facebook saya, tiba-tiba saya menemukan "sesuatu" yang mendadak membuat saya rindu akan sesuatu. Sebuah tulisan yang, mungkin, dulu pernah membuat saya merasakan apa yang saya rasakan malam ini pula; namun dalam kondisi yang sedikit berbeda.

Saya merindukan Model Class 2009-2012

Kini, di tahun 2015 ini, kami akan memulai sesuatu yang baru, yang lain, atau berbeda. Kami kuliah. Ya. Kami akan kuliah di masing-masing perguruan tinggi negeri maupun swasta, atau sekolah tinggi, atau institut, ataupun lainnya. 

Bahwa inilah perpisahan yang sesungguhnya. 

Saya masih ingat betul bagaimana kami-kami ini saat kelas 6 SD bersama-sama ingin mencoba mendaftar ke SMP YPK di program kelas model atau kelas percontohan. Fun fact-nya adalah kelas model didominasi oleh anak-anak dari kelas 6C SD-1 YPK, termasuk saya. Tidak heran, saat kami tahu bahwa kami semua lolos, kami bisa sangat akrab di hari pertama. Tugas berikutnya adalah mengakrabkan diri dengan yang "baru", seperti Dinda, Tirto, Ifur, Rado, Ani, dan Nadiah Khansa.

Saya senang dengan kelas saya saat itu. Ditambah saya tahu bahwa ternyata kelas model ini akan selalu bersama sepanjang SMP di kelas yang sama, dengan jumlah murid yang sama. Hari-hari berlalu, kami yang sudah akrab justru semakin akrab. Saya merasa bahwa saya adalah siswi SMP yang sangat bahagia saat itu.

Bukan berarti dengan masuknya kami di SMP, maka pertemanan kami bertambah luas. Justru tidak. Saya merasa bahwa kami ini sangat tertutup dengan kelas lain. Namun, bukan berarti kami tidak mau berinteraksi. Hanya jarang saja didukung oleh letak kelas yang berjauhan.

Kami akrab, bukan berarti kami selalu harmonis. Banyak pula kisah-kisah ala anak SMP dengan segala kejadian yang sebenarnya bisa membuat geleng-geleng kepala. 

Kelas model memiliki waktu belajar yang sedikit lebih lama daripada kelas reguler. Kami pulang sekolah jam setengah 4 sore. Maka, kami makan siang di sekolah--lebih tepatnya di koridor sekolah--, sholat zuhur bareng, pulang sekolanya juga bareng dengan bis sekolah.

Berebut komputer adalah pemandangan lumrah. Anak perempuan ingin menonton video, sedangkan anak lelaki ingin bermain game.
Saat istirahat siang, kami memang lebih banyak letih. Di saat anak-anak kelas lain jam setengah 2 sudah bisa pulang ke rumah dan beristirahat di kasur untuk tidur siang, kami masih harus belajar lagi. Kami memang letih di satu sisi, tapi kami menjalaninya dengan bahagia. Saat istirahat itulah kami sering berbaring di karpet belakang kelas dengan selimutnya adalah mukena siswi muslim.
Terkadang pula, kami bermain UNO untuk membunuh rasa bosan. Atau berfoto dengan webcam milik Nadia--biasanya.

Kami juga beberapa kali tour ke luar kota bersama-sama, misalnya ke Samarinda, Balikpapan, dan Jawa Timur. Di sanalah saya merasa bahwa kekeluargaan kami semakin  terjalin lebih erat.

Tak lupa kami selalu mengadakan buka bersama setiap tahun setidaknya satu kali yang kami namakan BukBerSamTemTem (Buka Bersama Sama Teman-Teman)

Sebenarnya kami sempat memiliki niatan ingin berpisah dan bergabung dengan kelas reguler di kelas 9. Namun ternyata, sepertinya kami ditakdirkan untuk membuat lebih banyak lagi kenangan maupun kisah untuk, kurang lebih, satu tahun ke depan.

Dengan adanya yang memilih untuk melanjutkan sekolah ke Jawa, saya merasa akan sangat kehilangan. 5 orang yang memilih untuk tidak melanjutkan bersekolah di SMA YPK adalah sebuah kenyataan yang lumayan menyedihkan untuk saya. 3 tahun bersama, pada akhirnya harus berpisah juga.

5 teman itu adalah Ira, Julia, Nadia Desratri, Joevita, dan Ridho.

Hingga akhirnya di SMA YPK tinggallah 20/25 MC.

3 tahun di SMA, kami masih sangat akrab. Meskipun berpencar di 8 kelas, dan saat penjurusan saya berpencar sendiri ke jurusan IPS, kami masih sering berkumpul saat istirahat.
Saat tur kampus ke Jawa pun, meskipun kami berbeda kelas, ujung-ujungnya anak-anak MC perempuan sekamar lagi.

Di SMA, saya bergaul dengan banyak teman baru. Namun, terkadang saya tetap merindukan kekompakan MC. Saya memang sulit sekali untuk move on.

Saya masih ingat hari terakhir kami sekolah, kami sempatkan untuk berfoto. Ya, 20/25 MC. Lengkap. Memang tidak dengan formasi utuh. Setidaknya, 5 teman kami dapat kami bikin iri.



Dan kini, kita lebih berpencar lagi. Bukan sebuah rahasia, bukan, bahwa kita ternyata berpencar tidak hanya di satu negara atau satu kawasan regional. Kita, berpencar di Asia. Ada yang melanjutkan studinya ke Singapore dan yang paling jauh adalah ke Taiwan. Dua negara ini tidak semudah itu untuk dihampiri. Tidak semudah dari Bontang ke Yogyakarta, Bontang-Surabaya, Bontang-Jakarta, Bontang-Bandung, Bontang-Malang, Bontang-Makassar. Bahwa ini adalah berpencar yang sesungguhnya.

Mungkin kita di satu kota bisa berdua-dua, bertiga-tiga, atau bersembilan seperti saya dan 8 teman lainnya yang berada di Yogyakarta. Bahkan, meskipun di satu universitas yang sama, tidak menjamin kami bisa berkumpul sesering dulu, saat masih di bangku sekolah.

Teman-teman, saya mungkin baper parah. Beberapa minggu menuju ke perantauan, mungkin tidak sesedih saat saya tahu bahwa, mungkin, masih harus menunggu beberapa bulan lagi untuk bertemu dengan kamu-kamu yang berada di luar negeri maupun luar pulau Jawa. 

Saya paling menantikan saat-saat kita ber-25 dapat berkumpul bersama. Lengkap. Full team.

Sekali lagi, saya mungkin yang paling sulit untuk move on dari kelas ini. Tapi, untuk mengingat banyaknya kenangan atau kisah-kisah bahagia, sedih, konyol, hingga tidak penting itu memang luar biasa indahnya. Ingin rasanya kembali ke saat-saat itu, dan menunda waktu agar saya tidak kembali ke saat-saat ini.

Di manapun kita berada, kita tahu bahwa kita tidak sepenuhnya hilang komunikasi. Tidak sepenuhnya kita tidak akan bertemu lagi. Saya yakin bahwa kalian tidak akan melupakan kebersamaan ini, meskipun yang tersisa di otak kalian hanya sedikit, seperti pasir-pasir.

Saya ingin mengakhiri ke-lebay-an saya dalam hal ini; kangen Model Class.

Saya hanya ingin, kalian dan saya, sukses di bidangnya masing-masing. Mungkin, 10  tahun lagi, atau beberapa tahun lagi, di saat kita bisa lengkap bertemu, kita dapat bercerita tentang kesuksesan yang menjadi cerita bahagia untuk dibagikan pada 24 temanmu.

Akhir kata, saya benar-benar ingin mengakhiri ini.
------
Kata-kata di atas terdiri 1036 kata, bahkan lebih banyak dari ketentuan essay saya yang minimal terdiri dari 500 kata.

Inilah posting-an Nadiah Khansa, teman saya, yang membuat saya baper parah malam ini.

Terima kasih, bagi kamu yang menyempatkan waktu untuk membaca cerita norak saya.

Selamat malam,

Rifa.





1 komentar:

Pengunjung yang baik adalah yang mau meninggalkan komentar untuk membuat saya lebih baik lagi dalam menulis :)